SEJARAH TAPAK SUCI


SEJARAH TAPAK SUCI

Tahun 1925, diriwayatkan dari 2 orang kakak beradik A. Dimyati dan M. Wahib berguru kepada K.H. Busro di Binorong Banjarnegara. Bahwa K.H. Busro lebih menguasai ilmu kebatinan dari pada ilmu Kontho itu sendiri, sedang adiknya H. Burhan yang ilmu Konthonya lebih baik.
            Menurut riwayat A. Dimyati dan M. Wahib belajar selama lima hari untuk menguasai 15 jurus, 5 Kembangan. Selanjutnya pulang ke Yogyakarta, yang kemudian diikuti oleh K.H. Busro dan H. Burhan. Dalam kesempatan inilah masyarakat dilingkungannya menyebut mereka sebagai Pendekar Pencak. Pendekar A. Dimyati sifatnya pendiam dan tertutup, sedang M Wahib sifatnya pemberani, terbuka dan kesatria. Karena sifat yang berbeda ini sering kali kedua kakak beradik ini bertengkar.
            Pendekar K.H. Busro, menunjuk Pendekar A. Dimyati untuk berkelana kebarat sebagaimana yang pernah dijalani oleh Pendekar K.H. Busro. Sesuai dengan tradisi yang berlaku bahwa Pendekar A. Dimyati yang sudah mengangkat guru kepada K.H. Busro tidak boleh berguru kepada pencak lainnya, untuk itu dalam berkelana ini yang dilakukan adalah “adu kaweruh” (adu ilmu). Diriwayatkan bahwa Pendekar A. Dimyati berhasil menguasai ilmu Cikalong, Cimande, Cibarosa dalam hal ini adalah Debus.
           
            Meskipun tidak berguru,akan tetapi dalam Silsilah Cikalong, Cimande nama A. Dimyati tertulis dalam Angkatan Tujuh.

            Adapun Pendekar M Wahib ditunjuk untuk berkelana ketimur sampai ke Madura. Karena sifat yang keras dari Pendekar M. Wahib. Maka “adu kaweruh” diartikan dengan berkelahi, dimana ada pendekar didatangi untuk ditantang berkelahi. Pendekar M. Wahib bercerita : “Kemana-mana saya naik turun panggung untuk tarung pencak untuk mendapatkan uang, kalau diperlukan saya memakai senjata handuk dan sepotong besi sejengkal berlafalkan ”Alif”. Setelah pengenbaraan mereka sekitar 5 tahun, pulang ke Yogyakarta. Kebiasaan mencari musuh berkelahi, Pendekar M. Wahib diarahkan kepada anak-anak Belanda yang kemudian juga Kompeni Belanda. Kesatriaannya ini positif akan tetapi juga membuat repot kampung, apalagi setelah sebagai buronan Belanda.
            Pada tahun 1935 M. Wahib bertempat dilingkungan kauman Tengah membuka latihan pencak, diriwayatkan puluhan murid ikut berlatih. Pada saat inilah Pendekar M. Wahib menyatakan Pencak Cikauman adalah satu-satunya yang ada di Kauman.
           
            Dalam hal ini sebagaimana Cikalong, Cimande dan Cibarosa menunjuk nama satu tempat.

            Dalam angkatan pertama ini ada seorang pemuda bernama M. Syamsudin yang berguru dengan cara ngenger (ikut guru kemana-mana), sebagai cantrik (orang yang menawarkan) dirumah Pendekar M. Wahib. Dalam angkatan ini M. Syamsudin yang dinyatakan selesai dan dibai’at serta diperbolehkan menerima murid.
            Tahun 1938, dijamannya Pendekar M. Syamsudin ini datanglah seorang Cina perantauan yaitu YAP KIE SAN ke Kauman. Menurut riwayat yang diceritakan oleh Pendekar M. Wahib bahwa dalam tarung yang pertama M. Wahib terkena pukulan sssjari di dada kiri. Yap Kie San berdiam di rumah Pendekar M. Wahib cukup lama, pada akhirnya terjadi pertarungan besar yang kedua, sampai-sampai bangunan tempat bertarung roboh.
           
            Pengaruh dari Yap Kie San dalam Aliran CIKAUMAN adalah, Salam Pembukaan, Kuda-kuda dan Sikap Pasang yang ada pada Pendekar M. Wahib.

            Kauman adalah daerah muslim, Yap Kie San tidak terbuka untuk menjadi Islam, maka selanjutnya melarikan diri (pergi tanpa pamit) ke daerah sebelah utara Kauman, Pathok. Disini Yap Kie San kawin dengan pribumi, adiknya Broto belajar ilmu kepada Yap Kie San, selanjutnya mendirikan Perguruan BIMA, Dirdjo mendirikan Perguruan Perisai Diri. Wasiat Yap Kie San kepada Brotho untuk mengalahkan perguruan yang ada di Kauman.
           
            (Kesemuannya ini diceritakan Broto kepada Pendiri Tapak Suci tahun 1968).
           
            Ada satu literature pencak silat yang menyatakan bahwa perkembangan pencak silat di Indonesia sangat dipengaruhi dua hal :
1.      Geografis
Dataran tinggi, dataran rendah dan pantai. Masing-masing berkembang berbeda-beda, terutama dalam hal kuda-kuda.
2.      Kultural
Dalam hal ini ada dua jalur besar, aliran bangsawan dan aliran rakyat.
adapun yang sangat membedakan antara dua aliran ini adalah :
1.                  Aliran Bangsawan
a.       Tertutup tidak mudah berasimilasi, bertahan kepada kemurniaanya.
b.      Daya gunanya pada Pencak Silat Seni
c.       Disiplin
2.                  Aliran Rakyat
a.       Terbuka mudah berasimilasi, tidak murni
b.      Daya gunanya pada Pencak Silat sendiri
c.       Tidak disiplin
            Dua definisi tersebut kalau dilihat dari aliran CIKAUMAN, kurang cocok    sepenuhnya, karena sifat CIKAUMAN adalah :
1.                  Tertutup akan tetapi mudah berasimilasi
2.                  Tidak disiplin tetapi patriotic
3.                  Daya gunanya sama kuat antara seni dan bela diri
           
            Hal ini dapat dimaklumi karena dalam masa-masa berkembang Aliran Rakyat yang ada di Kauman selalu berdampingan dengan Aliran Bangsawan yang ada di Kraton Yogyakarta, Kampung Kauman adalah lingkungan Kraton Yogyakarta.
            Diriwayatkan bahwa Pendekar M. Syamsudin setelah dibai’at membuka dan menerima murid di Kauman Utara (SERANOMAN). Dari sekian banyak murid, yang dinyatakan selesai dan dibai’at adalah M. Zahid. Menurut riwayat M. Zahid adalah anak murid SERANOMAN  yang berotak cemerlang dan berkemampuan tinggi, pergaulannya luas, perkembangan Pencak Kauman berkembang pesat. Keilmuan Pencak dikemas dan disajikan methodis kemudian berhasil mengembangkan dari lima menjadi 8 Kembangan.
            Tahun 1942 adalah awal dari M. Barie Irsjad belajar Pencak kepada Pendekar M. Zahid, tidak sebagaimana biasanya setelah selesai dibai’at, tetapi diserahkan kepada Pendekar M. Syamsuddin, demikian juga setelah selesai diserahkan kepada pendekar M. Wahib. Baru pada tahun 1948, M. Barie Irsjad dinyatakan selesai dan dibai’at.
            Waktu dibai’at Pendekar M. Barie Irsjad berhasil mempertanggungjawabkan 11 kembangan. Sebelum menggunakan haknya untuk menerima murid, diarahkan oleh Pendekar M. Wahib untuk ”adu kaweruh” ke guru-guru pencak yang ditunjuk oleh Pendekar M. Wahib, dari yang ditujuk banyak aliran hitam.  
            Pada waktu itu pengertian yang ada menyatakan bahwa  pencak adalah seni bela diri tangan kosong, sedang silat adalah seni bela diri bersenjata. Sedangkan CIKAUMAN mengkhususkan diri pada tangan kosong. Untuk itu M. Barie Irsjad diarahkan untuk “adu kaweruh” dengan Pendekar Abdul Rahman Baliyo yang menguasai beraneka macam senjata, alirannya berasal dari Cina. Disinilah M. Barie Irsjad mendapat pengertian bahwa “seseorang dapat melawan senjata kalau dapat main senjata”. Pada saat ini untuk bela diri Kauman sudah bukan Kontho atau Pencak.   
            Tepat pada waktu tahun 1949 datang ke Kauman seorang Perwira AL Jepang, bernama Omar Makino. Meskipun tujuan yang utama adalah bertemu kyai-kyai dalam rangka belajar agama Islam, akan tetapi sempat juga menurunkan kemampuannya yaitu permainan senjata pedang (samurai) kepada pemuda – pemuda termasuk M. Barie Irsjad. Di Indonesia kemudian Omar Makino dikenal sebagai Bapak Judo.
           
KELAHIRAN DAN PERKEMBANGAN
TAPAK SUCI

            Dalam meriwayatkan kelahiran TAPAK SUCI, keberadaan Kampung Kauman yang penduduknya terbagi menjadi 4 Blok, yaitu Blok Lor (Utara), Blok Wetan (Timur), Blok Tengah, Blok Kidul (Selatan), sebetulnya sebagian administrasi dalam satu Rukun Kampung (sekarang adalah Rw), akan tetapi itu sangat berpengaruh terhadap Paguruan Pencak Silat yang ada di Kauman, terutama terhadap murid-muridnya.
            Diriwatkan pada tahun 1957 Pimpinan Pemuda Muhammadiyah wilayah DIY yang personilnya berdomisili di Kauman, sangat prihatin melihat keadaan Kampung Kauman ada Paguruan Pencak Silat CIKAUMAN (Kauman tengah), Paguruan Pencak Silat SIRANOMAN (Kauman Utara) Perguruan Pencak Silat Aliran Hitam (Kauman Timur). Pada waktu itu Pimpinan Pemuda Wilayah DIY mengadakan kegiatan ke daerah-daerah termasuk Ranting Kauman, sebelum pengajian dilaksanakan pertandingan olahraga yaitu pagelaran atau pertandingan Pencak Silat. Maksud dari pertandingan itu adalah agar ada persatuan diantara pesilat-pesilat Kauman. Karena usaha itupun tak berhasil, maka pada tahun 1958 Pemuda Muhammadiyah yanga berdomisili di Kauman Selatan dengan niat agar ada persaudaraan sesama Pesilat Kauman, mendirikan Perguruan Pencak Silat Kauman Serba Guna (KASEGU).
            Dengan mencantumkan nama Kauman, banyak protes dari orang – orang blok lain. Untuk itu maka nama Perguruan dilengkapi ” KASEGU BADAI SELATAN”. Diawal berdirinya Perguruan KASEGU sempat bentrok dengan Perguruan Pencak Silat Aliran Hitam. Perguruan KASEGU dengan niat amar ma’ruf nahi mungkar,. Namun Perguruan Pencak Silat Aliran Hitam tidak terima, sehingga terjadi pertarungan Pencak Silat Ragawi melawan Pencak Silat Kanarugan. Dengan taruhan siapa yang kalah keluar dari kampung Kauman. Disinilah murid KASEGU yakin bahwa yang hak tidak akan kalah dengan yang bathil.
            Meskipun Pencak Silat CIKAUMAN, SIRANOMAN dan KASEGU adalah satu sumber Aliran Banjaran. Disamping Guru KASEGU adalah murid   CIKAUMAN dan SIRANOMAN, akan tetapi karena penampilan keilmuan pencak silatnya berbeda, maka tidak ada kecocokan. Untuk itu pada waktu murid-murid KASEGU berguru ke Perguruan CIKAUMAN tidak akan diterima.
            Dengan kenyataan ini, maka Perguruan KASEGU tidak berhasil sebagai perantara bersatu para Pesilat di Kampung Kauman, justru antar kubu saling bersaing. Untuk itu murid Perguruan KASEGU sebanyak 6 orang, 4 diantaranya yaitu Irfan Hadjam, Djakfal Kusuma, M. Rustam, Sobri Achmad dapat dikatakan besar diluar sarang, karena banyak bergaul dengan bela diri luar dan mempunyai wawasan ke depan, menyampaikan pendapat kepada Pendekar M. Barie Irsjad untuk mendirikan perguruan yang tidak berorientasi di kampung, diorganisir dengan Ad & ART, materi yang tersusun, latihan yang teratur dan memakai seragam.
           
            (Perguruan Pencak Silat KASEGU Badai Selatan adalah embrio dan pemrakarsa lahirnya TAPAK SUCI).
           
            Desember 1962 Perguruan KASEGU melakukan silaturahmi kepada CIKAUMAN dan SIRANOMAN untuk menyampaikan rencana mendirikan perguruan. Kedua perguruan tersebut menyatakan bersedia untuk menilai ilmu yang diajarkan, sedang keinginan Perguruan KASEGU adalah ”adu kaweruh” (wawasan) tanpa harus kontak, karena kuatir akan terjadi hal-hal yang tidak diinginankan. Pertemuan keilmuan dilaksanakan setiap malam Jum’at bertempat dipesantren ’Aisyiah Kauman selama 6 bulan, karena berjalan tidak mulus. Dalam pertemuan keilmuan ini, KASEGU diwakili oleh M. Barie Irsjad (Guru), M. Rustam (murid) untuk menghindari kejadian yang tidak diinginkan, dalam penampilan dan pembuktian keilmuan Pencak Silat dilakukan antara Guru dan Murid KASEGU.
            Pada satu pembuktian jurus Naga, murid mengawali serangan pengkalan Kuda Liar kearah lambung kanan dengan telak, guru dangan kecepatan tinggi melontarkan Tandukan Naga Jantan ke mata bersamaan dengan Naga Terbang ke paha. Hasilnya mata kiri luka berdarah, paha kanan retak. Seorang murid CIKAUMAN dengan marah meloncat ke arena menantang Guru KASEGU.
            Setelah terjadi pertarungan yang menegangkan, pada puncaknya secara bersamaan Guru KASEGU melontarkan Naga Terbang ke sasaran jidat, murid CIKAUMAN melontar pukulan cangkol ke arah perut. Bersama – sama berhenti, Pendekar M. Wahib mengatakan ”kalau diteruskan kepalamu pecah, perutnya Barie mulas”.
           
            Sudah takdir Illahi TAPAK SUCI lahir.

            Pada waktu M. Barie Irsjad menampilkan Jurus Harimau, Pendekar M. Wahib sangat mengagumi dan mengatakan ”mengapa saya dahulu tidak berpikir bahwa kaki lebih kuat dan lebih panjang daripada tangan,pembuktian cukup ”saya merestui TAPAK SUCI didirikan dan diajarkan Pencak Silat Aliran KASEGU”. Pendekar A. Dimyati memberi pesan dan petunjuk yaitu ”kalau bertemu dengan aliran pencak silat apapun, nilailah kekuatannya”.
            Kelihatannya sangat sederhana, akan tetapi sikap ini adalah sangat kontradiksi dengan sifat pendekar pada umumnya yang tidak ingin melihat kelebihan orang dan selalu mengatakan yang terbaik dan terkuat. Sikap mental Pendekar A. Dimyati untuk selanjutnya menjadi dasar sikap mental Pendekar-pendekar TAPAK SUCI.  
            Pada kenyataannya pendiri TAPAK SUCI masih diuji, pengurus Rukun Kampung (Rw) Kauman tidak mengijinkan Perguruan TAPAK SUCI berdiri dan mengadakan kegiatan di kampung Kauman. Karena penilaian pendirinya tidak sederajat (dalam sejarah TAPAK SUCI dahulu disebut tidak berdarah biru), penilaian ini sebetulnya didorong oleh seorang murid CIKAUMAN secara pribadi.   Akan tetapi oleh pendirinya dihadapan penguasa kampung dinyatakan bahwa TAPAK SUCI bukan milik dan gerakan Kampung Kauman, bahkan ketika itu dikatakan TAPAK SUCI adalah gerakan dunia.
            Pada malam Jum’at, tanggal 10 Rabi’ul awwal 1383 H/31 juli 1963 M, sekitar pukul 21.00 bertempat di Pesantren ’Aisyiah Kauman DIY, di Deklarasikan PERSATUAN PENCAK SILAT TAPAK SUCI. Pada waktu deklarasi di gariskan :
1.      TAPAK SUCI berjiwa ajaran KH. A. Dahlan
2.      keilmuan TAPAK SUCI Methodis Dinamis
3.      keilmuan TAPAK SUCI bersih dari syirik dan menyesatkan
           
            Memang satu kenyataan sejarah, pendiri Persatuan Pencak Silat TAPAK SUCI adalah Guru dan Murid Perguruan KASEGU Badai Selatan.
           
            Sebutan Persatuan Pencak Silat dipakai untuk menunjukkan bahwa TAPAK SUCI menyatukan perguruan, perguruan yang ada di Kauman meskipun dalam kenyataannya, CIKAUMAN dan SIRANOMAN tidak menyatu atau membubarkan diri akan tetapi mendirikan aktifitas, terus tidak menerima murid lagi dan menyerahkan murid yang belum dibai’at kepada TAPAK SICI yaitu Ahmad Djakfar, M. Slamet dan M. Dalhar dari Perguruan CIKAUMAN, M. Zundar Wiesman dan Anis Susanto dari Perguruan SIRANOMAN.
            Pada waktu TAPAK SUCI diresmikan berdiri ditetapkan ketingkatan M. Barie Irsjad menjadi Pelatih Kepala (Kader Biru 3), 7 Asisten Pelatih (Kuning 4 /  Siswa Melati 4) yaitu M. Rustam Djundab, Sobri Achmad, Achmad Djakfar, M. Slamet, M. Dalhar, M. Zundar Wiesman dan Anis Susanto.
           
            Pada bulan Ramadhan 1383 Hijriyah / januari 1964 Masehi, tepat pada waktu Sholat Maghrib di Masjid Besar Kauman Yogyakarta, Pendekar M. Wahib meninggal dunia.
                       
            Dengan meninggalnya M. Wahib tersebut, marak sekali perongrongan (penggangu / perusak) secara terang-terangan ataupun sembunyi-sembunyi terhadap TAPAK SUCI, sampai-sampai dalam riwayat dituliskan bahwa pengurus Rukun Kampung Kaumaan pernah membubakarkan Persatuan Pencak Silat TAPAK SUCI tepat pada MILAD ke-I  tanggal 31 juli 1964 M tepat setahun setelah TAPAK SUCI lahir, dengan alasan TAPAK SUCI membawa kekejaman Jahilliah Kampung Kauman setelah terjadi perkelahian massal antara Keluarga I dengan Keluarga II.
            Dihadapan MUSPIDA, seorang fungsionaris Pimpinan Pusat Muhammadiyah yaitu H. Djarnawi Hadikusuma menyatakan bahwa TAPAK SUCI adalah gerakan Muhammadiyah. Pembubaran oleh Pengurus Rukun Kampung Kauman tersebut diabaikan saja dan TAPAK SUCI berjalan terus sampai sekarang. Dengan kejadian ini, maka Keluarga I dengan Keluarga II dibubarkan.
            Pada tahun 1964 M ibaratnya TAPAK SUCI lahir kembali(tanpa Guru dan murid), hanya tinggal 3 Pelatih Muda yaitu M. Rustam, Drs. Irfan Hajam(kembali dari Surabaya), M. Zundar Wisman. Sedangkan Guru M. Barie Irsjad atas kehendak pengurus Rukun Kampung Kauman di non aktifkan namun tetap diabaikan oleh murid-murid TAPAK SUCI.          
            Akan tetapi justru tahun 1964 inilah TAPAK SUCI mulai bangkit dan berkembang. 3 orang Pelatih Muda membuka pendaftaran anggota untuk umum, sangat mengejutkan yang mengikuti seleksi kurang lebih sebanyak 300 orang. Adapun yang diterima sekitar 75 orang, semata-mata karena pertimbangan tenaga pelatih.
            Dengan niat yang tetap dan sungguh-sungguh, kenyataan lapangan dijadikan pertimbangan untuk menentukan garis – garis  kebijakan,yaitu : 
1.                  Meningkatkan akhlaq kepemimpinan
2.                  Materi latihan dirumuskan kembali
3.                  Sebutan menjadi “TAPAK SUCI Putera Muhammadiyah”        
4.                  Logo TAPAK SUCI dimasukan kedalam sinar matahari
5.                  Dibentuk KOSEGU (Komando Serba Guna) TAPAK SUCI
6.                  Lahir motto  “Dengan Iman dan Akhlaq Saya Menjadi kuat, Tampa Iman dan Akhlaq Saya Menjadi Lemah”.
           
            Keilmuan Pencak Silat TAPAK  SUCI yang digunakan untuk materi pendidikan dan latihan yang pertama adalah merupakan ilmu bela diri murni atau bela diri sebagai ilmu berkelahi. Tetap pada jalur pengertian jurus dan kembangan akan tetapi dengan istilah berbeda yang disebut ”Delapan Jurus Maut”.
Materi pendidikan dan latihan ini disusun atas dasar kebutuhan ilmu berkelahi pada saat itu, dimana umat Islam selalu dipojokkan dimana-mana. Sehingga, orang masuk Perguruan Pecak Silat adalah dengan tujuan membuat kelompok untuk konsentrasi kekuatan.
            Bertepatan dengan jamannya, karena kebutuhan umat Islam membuat kelompok untuk menghadapi Gerakan PKI. Maka berdiri juga Perguruan Pencak Silat di kampung-kampung lain. Benteng Melati di Kampung Kadipaten, Perkas di Kampung Suronatan, Eka Sejati di Kampung Karangkajen.
            Kesemuanya menamakan diri sebagai Gerakan Pemuda Muhammadiyah, TAPAK SUCI menamakan diri sebagai Putera Muhammadiyah. Berdasakan pada kenyataan TAPAK SUCI didirikan oleh putera Muhammadiyah dan tidak ada hubungan dengan organisasi Muhammadiyah atau Pemuda Muhammadiyah. Dengan keberanian TAPAK SUCI memakai nama TAPAK SUCI Putera Muhammadiyah dan memasukan lambang TAPAK SUCI dalam sinar matahari. Kemudian mendapat kecaman dari berbagai pihak dilingkungan Muhammadiyah terutama dari angkatan mudanya. Kecaman tersebut memang wajar, disebabkan nama TAPAK SUCI Putera Muhammadiyah bukan karena status ataupun hubungan organisasi dengan Muhammadiyah, semata-mata karena karena kehendak pendrinya mencita-citakan TAPAK SUCI menjadi salah satu Gerakan Persyarikatan Muhammadiyah.
            Dalam modern ini, sudah bukan jamannya orang belajar pencak silat untuk mempertahankan hidup dari bahaya. Untuk itu TAPAK SUCI memantapkan diri sebagai gerakan olahraga dan seni. Pencak silat TAPAK SUCI ditampilkan melalui 4 aspek yaitu :
-    mental spiritual
-          olahraga
-          seni
-    beladiri.
            Dalam Kejuaraan Nasional I tahun 1967 di Jember, Pertandingan Pencak Silat
TAPAK SUCI dilaksanakan dengan pertarungan bebas (perkelahian bebas). Pencak Silat Seni dilombakan sebagai Kerapihan teknik Pemainan.
            Adapun Ilmu Pengebalan tubuh ataupun anggota tubuh alat penyasar mulai ditinggalkan, karena anjuran dari Majelis Tarjih Pimpinan Pusat Muhammadiyah agar ilmu tersebut dihilangkan. Kalau itu memang ilmu yang hak (harus ada), akan tetapi itu sesuatu yang dapat menimbulkan kesombongan di dunia.        
            Merupakan daya tersendiri ketika itu adanya cita-cita Perguruan TAPAK SUCI untuk mempersatukan Keilmuan Penak Silat dari semua aliran, banyak perguruan pencak silat yang bergaung dan meleburkan diri kedalam Perguruan TAPAK SUCI. Itulah dasar yang pertama  Perguruan TAPAK SUCI cepat berkembang dan terwujudlah cita-cita Pendiri TAPAK SUCI.
            Banyak aliran pencak silat dilingkungan Muhammadiyah yang bergabung dengan TAPAK SUCI. Adapun yang sangat berkesan adalah bergabungnya Perguruan Pencak Silat Guntur yang memiliki nama besar di wilayah timur. Perguruan Guntur dipimpin oleh H. Syeh Abussamad Alwi, Buchmad, Hadiningram dan mereka menyatakan “akan bergabung kalau ilmu TAPAK SUCI ada kelebihan”. Kelebihan yang diuji pada waktu itu adalah langkah panjang yang bertumpu pada kecepatan. TAPAK SUCI diwakili oleh seorang Pelatih Muda dan 6 siswa, sedangakan Perguruan Guntur diwakili oleh 3 Pendekar tua dan 4 Pendekar dari Perguruan Pencak Silat yang ada di Jember.
            Kalau dilihat dari kenyataan yang ada adalah sesuatu  yang mustahil untuk dapat memberi kepuasan. Tetapi ALLAH SWT. mengendaki lain, Perguruan Guntur telah bergabung dengan Perguruan TAPAK SUCI, disertai dengan pernyataan Perguruan Guntur sudah tidak ada lagi (kejadian ini pada tahun 1965).
            Tahun 1965 adalah tahun awal dari sejarah berkembangnya Keilmuan TAPAK SUCI. Melalui pendekar-pendekar TAPAK SUCI di daerah atau wilayah (cabang) TAPAK SUCI, masuklah aliran-aliran pencak silat seperti Silat Banten, Silat Cikalong Cimande, Silat Balebet, Silat Bugis, Silat Sholat, Silat Minang, Sial Minang Liwung, dan Aliran Kunthau yang kesemuanya hampir mewarnai aliran Pencak Silat di Indonesia.
            Situasi politik ketika itu, TAPAK SUCI Putera Muhammadiyah yang menempatkan diri sebagai gerakan Islam banyak lawan dan musuh.oleh surat kabar PKI “Harian Rakyat” dikatakan “TAPAK SUCI adalah Onderbow dan tukang pukul HMI”. Dikarenakan Perguruan TAPAK SUCI membina KORBA HMI dan tampil dalam kegiatan HMI.
            Kegigihan pendiri Perguruan TAPAK SUCI Putera Muhammadiyah serta dorongan dan dukungan  dari Ulama-Ulama Muhammadiyah, seperti H. Djarnawi Hadikusuma, H.R. Haiban Hadjid memperjuangkan  Perguruan TAPAK SUCI untuk dapat diterima sebagai gerakan Persyarikatan Muhammadiyah.
            Dalam Konferensi Nasional I Perguruan TAPAK SUCI Putera Muhammadiyah yang dilaksanakan pada tanggal 27-28 November 1966 di Yogyakarta, dimasukan fungsionaris Muhammadiyah seperti  H. Djarnawi Hadikusuma sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat TAPAK SUCI Putera Muhammadiyah dan M.H. Hirmas sebagai Sekretaris Umum Umum Pimpinan Pusat TAPAK SUCI Putera Muhammadiyah. Nama Persatuan Pencak Silat TAPAK SUCI Putera Muhammadiyah dirubah menjadi :
“TAPAK SUCI PTERA MUHAMMADIYAH
Gerakan dan Lembaga Perguruan Seni Bela Diri Indonesia”